1.Laut Selatan(Segara kidul)
Laut Selatan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta, khususnya bagi kalangan kerabat Kraton, sebagai tempat bersemayamnya Ratu Kidul, penguasa laut Selatan.Legenda mengenai Ratu Kidul berawal saat pertemuan Panembahan Senopati(Raja Mataram Islam/yg kemudian menurunkan raja2 Mataram sampai saat ini).
Pada saat itu P Senopati sedang menghadapi ancaman peperangan dengan Kerajaan Pajang yg telah di kuasai oleh kakak ipar P.Benowo, yaitu P.Pangiri(Adipati Demak).Hingga akhirnya aliansi tsb dapat mengalahkan Pajang.Mulai saat itu hegemoni Mataram mulai di tegakkan dan Pajang berangsur angsur menjadi wilayah kekuasaannya(Graff, 1985).
Pada saat P.Senopati nenepi di pinggir laut Parangkusumo, ia di datangi seorang wanita cantik jelita(kemudia di kenal sbgai Kanjeng Ratu Kidul) yg akan membantu peperangan melawan musuh2nya asala P.Senopati bersedia "memperistri" Ratu Kidul.
hal ini kemudian menjadi tradisi bagi setipapenguasa keraton unutk "memperistri" Kanjeng Ratu Kidul.
Segara kidul secara kosmologis(alam semesta), merupakan gambaran dinamika masyarakat yg bergerak seperti ombak laut.Unutk menyelami dinamika masyarakat tsb, seorang Raja harus harus berhubungan langsung dengan masyarakat.Hal ini di lambangkan dengan bentuk persatuan(perkawinan) Raja dengan masyarakatnya yg di gambarkan sebagai wanita cantik jelita.
Bagi kalangan kerabat Kraton, hari2 khusus yang berkaitan dengan Sultan(Raja), tingalan dalem, jumenengan, selalu di lakukan labuhan, yaitu melarung seperangkat pakaian raja beserta segala sesaji ke Laut Selatan.Secara mistis bagi sebagian masyarakat, murapakan bentuk ngabekti terhadap Kerajaan Laut Selatan.Tetapi secara simbolik sesungguhnya itu merupakan
peringatan bagi seorang Raja untuk dapat selalu memberi kepada rakyatnya, dengan melarung sebagian "miliknya" sebagai simbolnya.
Terlepas dari faktor mistis dan legenda ini, Laut Selatan bagi masyarakat Yogyakarta mempunyai arti dalam simbolisme kehidupan manusia.Lautan seperti yg di gambarkan mempunyai makna Kosmologis sebagai suatu tempat yg amat luas, dan merupakan gelombang dan dinamika masyarakat.Masyarakat adalah tempat manusia yang secara individual untuk ngangsu kawruh(mencari ilmu).Oleh karena itu, luas dan dalamnya ilmu pengetahuan sering di sebut dengan lautan ilmu.
Dalam kaitannya dengan Keraton, seorang Raja sebagai panutan, tentunya harus memiliki hubungan dan pemahaman yg sangat mendalam terhadap segara sebagai cerminan dinamika masyarakat, dan segara sebagai lautan ilmu.Karena manusia yg telah di sinari oleh ilmu dan Nur Illahi di harapkan mampu berjalan lurus, mulai dari awal (Panggung Krapyak) sampai
kepada kehidupan yang langgeng dan kukuh(Merapi).Seorang Raja di anggap manusia pilihan yg telah memiliki kecerdasan, untuk dapat menyerap "lautan ilmu" Tuhan dan mencontohkannya kpda seluruh masyarakat.