Rabu, 29 Februari 2012

Laut Selatan-Panggung Krapyak-Kraton-Tugu-Merapi(garis imajiner)

Sumbu filosofis kraton(sumbu imajiner) yg di maksud di sini adalah garis poros dari Laut selatan-Panggung Krapyak-Kraton-Tugu-sampai ke Gunung Merapi,.dan secara filosofis mempunyai makna tersendiri yakni keselarasan dan keseimbangan hubangan antara manusia dan Tuhan dan antara manusia dan sesamanya.Kesemuanya itu berada pada gambaran sumbu kelanggengan.

1.Laut Selatan(Segara kidul)
     Laut Selatan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta, khususnya bagi kalangan kerabat Kraton, sebagai tempat bersemayamnya Ratu Kidul, penguasa laut Selatan.Legenda mengenai Ratu Kidul berawal saat pertemuan Panembahan Senopati(Raja Mataram Islam/yg kemudian menurunkan raja2 Mataram sampai saat ini).
Pada saat itu P Senopati sedang menghadapi ancaman peperangan dengan Kerajaan Pajang yg telah di kuasai oleh kakak ipar P.Benowo,  yaitu P.Pangiri(Adipati Demak).Hingga akhirnya aliansi tsb dapat mengalahkan Pajang.Mulai saat itu hegemoni Mataram mulai di tegakkan dan Pajang berangsur angsur menjadi wilayah kekuasaannya(Graff, 1985).
      Pada saat P.Senopati nenepi di pinggir laut Parangkusumo, ia di datangi seorang wanita cantik jelita(kemudia di kenal sbgai Kanjeng Ratu Kidul) yg akan membantu peperangan melawan musuh2nya asala P.Senopati bersedia "memperistri" Ratu Kidul.
hal ini kemudian menjadi tradisi bagi setipapenguasa keraton unutk "memperistri" Kanjeng Ratu Kidul.
      Segara kidul secara kosmologis(alam semesta), merupakan gambaran dinamika masyarakat yg bergerak seperti ombak laut.Unutk menyelami dinamika masyarakat tsb, seorang Raja harus harus berhubungan langsung dengan masyarakat.Hal ini di lambangkan dengan bentuk persatuan(perkawinan) Raja dengan masyarakatnya yg di gambarkan sebagai wanita cantik jelita.
      Bagi kalangan kerabat Kraton, hari2 khusus yang berkaitan dengan Sultan(Raja), tingalan dalem, jumenengan, selalu di lakukan labuhan, yaitu melarung seperangkat pakaian raja beserta segala sesaji ke Laut Selatan.Secara mistis bagi sebagian masyarakat, murapakan bentuk ngabekti terhadap Kerajaan Laut Selatan.Tetapi secara simbolik sesungguhnya itu merupakan
peringatan bagi seorang Raja untuk dapat selalu memberi kepada rakyatnya, dengan melarung sebagian "miliknya" sebagai simbolnya.
      Terlepas dari faktor mistis dan legenda ini, Laut Selatan bagi masyarakat Yogyakarta mempunyai arti dalam simbolisme kehidupan manusia.Lautan seperti yg di gambarkan mempunyai makna Kosmologis sebagai suatu tempat yg amat luas, dan merupakan gelombang dan dinamika masyarakat.Masyarakat adalah tempat manusia yang secara individual untuk ngangsu kawruh(mencari ilmu).Oleh karena itu, luas dan dalamnya ilmu pengetahuan sering di sebut dengan lautan ilmu.
      Dalam kaitannya dengan Keraton, seorang Raja sebagai panutan, tentunya harus memiliki hubungan dan pemahaman yg sangat mendalam terhadap segara sebagai cerminan dinamika masyarakat, dan segara sebagai lautan ilmu.Karena manusia yg telah di sinari oleh ilmu dan Nur Illahi di harapkan mampu berjalan lurus, mulai dari awal (Panggung Krapyak) sampai
kepada kehidupan yang langgeng dan kukuh(Merapi).Seorang Raja di anggap manusia pilihan yg telah memiliki kecerdasan, untuk dapat menyerap "lautan ilmu" Tuhan dan mencontohkannya kpda seluruh masyarakat.

bersambung.....                                                                         di kutip dari berbagai sumber

Minggu, 05 Februari 2012

harmoni..

2 pasang insan berlainan jenis... berjalan beriringan menikmati sore di sebuah kebun raya, sayup sayup di kejauhan terdenganr suara ayam hutan , keduanya pun berhenti sejenak mendengarnya...
"seperti ada suara  bebek hutan yang... di sebelah sana....ya...yang,."(wanita).
"bukan..... itu suara ayam hutan, suara ayam hutan yg lagi bergembira karena mendapatkan makanan,.." tukas sang pria...
"ahhh..ndak..ah...kayak gitu kok di bilang suara ayam,...ayam tu suaranya petok2....ato kukurr...kukur.... mruyuuukkkk....."
"iya sayang,...itu suara ayam hutan coba perhatikan...lagi..."(pria)...kemudian saat ayam hutan itu bersuara lagi,...sang wanita mendengarnya dengan seksama,........
"aku yakin  yang...... itu bukan suara ayam,  itu suara bebek........gimana sih....!!!"
"betull itu suara ayam hutan..sayang..."(pria),.....
".nggakk........pokoknya itu suara bebek......."
mereka berdua pun kemudian berdebat , dengan mengemukan alasan masing2, bahwa apa yg mereka dengar betul menurut anggapan mereka
tak terasa waktu yg tadinya indah untuk bercengkrama,  hilang sekejab dan berubah muram,....saling tidak mau mengalah..
sang wanita menjadi sedih dan mnetes setitik air mata dari kelopak matanya yg indah..
pria pun tertegun,..sejenak...dan memandang wajah sang wanita,...penuh kasih...mersa bersalah atsa semua yg terjadi....lama memandang wajah sang. wanita,,,yang masih tepat bersedih dan menundukkan muka...sesekali masih sayup2 terdengar suara ayam hutan.....
sang pria mencoba dengan seksama lagi mendengarnya...demikian juga dengan sang wanita....walau sepintas..  .
dengan penuh kasih dan ucapan yg sangat lembut sekali....
sang pria kemudian menghampiri,...dan memegang pundak sang wanita..yg masih tetap tertunduk..
dengan lembut,.berucap.".....benar  sayang ....itu memang suara bebek hutan....... aku yang salah dengar....."
di peluknya sang wanita dengan penuh sayang......